Wartabisnis.biz.id-Jakarta, Indonesia sudah berapa kali diramalkan akan hancur, tetapi ternyata beberapa kali menga lami “keajaiban” dan tetap bertahan menghadapi berbagai krisis dan tantangan. Hal itu diungkapkan sejarawan Asvi Warman Adam di Jakarta, Kamis malam, 23 Mei 2024.
Asvi Warman Adam bicara dalam diskusi Hati Pena, yang diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA. Diskusi daring itu dipandu oleh oleh Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.
Dalam diskusi bertema Indonesia pasca drama pergantian presiden itu, Asvi Warman Adam ditanyai oleh peserta tentang prospek Indo nesia ke depan di bawah kepe mimpinan Prabowo-Gibran.
Intinya, ada kecemasan tentang masa depan Indonesia, jika Prabowo Subianto karena satu dan lain hal tak bisa menerus kan menjabat sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka harus meng gantikan sebagai Presiden.
Ada juga peserta diskusi yang bertanya terkait ramalan Jaya baya tentang masa depan Indo nesia. Menurut klaim si pena nya, berdasarkan ramalan Jaya baya itu Indonesia akan mema suki zaman yang suram.
Asvi menjawab bahwa sebagai sejarawan, ia sebenarnya lebih banyak meneliti tentang masa lalu ketimbang bicara tentang masa depan.
Tentang ramalan Jayabaya, menurut Asvi, banyak dari ramalan itu yang dicocok-cocokkan dengan kondisi nyata faktual. Misalnya, soal Indo nesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Itu klaim yang harus dipertanyakan kebenarannya.
Melihat ke belakang, Asvi mengatakan bahwa meski menghadapi banyak cobaan dan tantangan, Indonesia terbukti beberapa kali mengalami “keajaiban” dan bisa bertahan.
Pertama, ketika memprok lamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Waktu itu bangsa yang baru berdiri itu dalam kondisi tak punya apa-apa dan tanpa persiapan. Tetapi ternyata Republik Indonesia bertahan, tegas Asvi.
Kedua, ketika Orde Baru runtuh oleh gerakan reformasi pada 1998. Pada waktu itu Indonesia dilanda berbagai krisis yang parah. Tetapi ternyata Indo nesia juga mampu pulih dan melewati krisis-krisis itu, sambung Asvi.
Pada kesempatan itu, Asvi juga sempat menggarisbawahi pen tingnya mencermati rekam jejak seorang pemimpin.
Ini terkait dengan langkah-langkah dan manuver politik Presiden Jokowi, menjelang akhir masa jabatannya, yang di luar dugaan dan membuat banyak orang tercengang.
Oleh karena itu, Asvi mendo rong segera diadakan undang-undang kepresidenan untuk menegaskan bahwa kekuasaan seorang presiden itu ada batas-batasnya.
“Seorang presiden hanya bisa memimpin untuk dua kali masa jabatan. Jadi tidak ada lagi yang berpikir untuk tiga kali masa jabatan, atau memperpanjang masa jabatannya,” ujar Asvi.
