Wartabisnis.biz.id-Jakarta, Pendidikan jarak jauh melalui online mungkin bisa menjadi strategi alternatif, untuk menga tasi masalah UKT (uang kuliah tunggal) yang mahal. Hal itu diungkapkan Prof. Widodo, Rektor Universitas Brawijaya Malang, Kamis malam, 30 Mei 2024.
Widodo bicara dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, yang diadakan oleh Perkum pulan Penulis Indonesia SATU PENA yang diketuai Denny JA. Diskusi daring itu dipandu oleh Anick HT dan Amelia Fitriani.
Dalam diskusi bertema UKT dan Nasib Pendidikan Kita itu, Widodo menyatakan, idealnya memang pemerintah menyedia kan anggaran pendidikan tinggi yang cukup.
“Kenapa ada negara-negara yang hampir nol uang kuliah nya? Ya, karena ada kemauan politik dari pemerintah, sehing ga ia juga mau membelanjakan uang yang banyak untuk pen didikannya, maka pendidikan jadi sangat murah untuk pen duduknya,” tutur Widodo.
“Tetapi jika hal itu tidak memungkinkan, alternatifnya adalah bagaimana perguruan tinggi ini ditantang untuk menyediakan pendidikan yang murah. Seperti, dengan pen didikan jarak jauh, lewat online,” lanjutnya.
Widodo menginformasikan, hal ini sebenarnya sudah dimulai. Bahkan di negara-negara maju pun, dengan pendidikan online, cost-nya menjadi murah. Bagi masyarakat pun, itu juga dirasa kan murah.
Kalau pendidikan yang biasa, masyarakat dari kota dan desa lain harus datang ke kampus. “Ketika datang ke kampus, dia harus indekos, bayar makan, biaya transportasi, ‘kan itu bebannya berat bagi keluarga,” jelas Widodo.
“Tetapi kalau pendidikan bisa dibikin online, masyarakat tak harus indekos atau keluar banyak biaya. Ini sesuatu yang harus dipikirkan,” tegas Widodo
“Pemerintah bisa memilih stra tegi ini dengan mempermudah pendidikan jarak jauh. Tentu, infrastruktur pendidikannya juga harus dipikirkan. Seperti, akses internetnya harus lebih mudah,” ucapnya.
Ditambahkan Widodo, kalau pemerintah membelanjakan uang untuk infrastruktur komu nikasi, yang mendapat manfaat bukan cuma sektor pendidikan. Ekonomi dan sektor-sektor lain juga bisa jalan. “Efek domi nonya banyak. Konsep-konsep seperti itu yang harus kita laku kan,” sambungnya.
Dijelaskan oleh Widodo, kalau pendidikan masyarakatnya tidak tinggi, maka inovasinya akan kurang. Kalau inovasinya kurang, maka sumberdaya alam kita akan dikelola oleh orang-orang lain. Kita punya banyak tambang, tetapi bukan kita yang mengelola, begitulah kira-kira.
Sehingga, bonus demografi ini bisa menjadi hal yang positif, tetapi juga bisa menjadi hal yang menakutkan. Jika kita tak bisa memenuhi kebutuhan dasar di segi pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, maka hal ini kurang bagus untuk kemandirian bangsa kita.
“Meski ketersediaan lapangan kerja kurang, tetapi kalau SDM kita bagus, dia bisa menyebar ke mana saja. Sedikitnya, dia bisa membuka usaha-usaha baru, dan hal itu menguntung kan,” kata Widodo.
